h

MAKNA PUASA

Hakekat dan Makna Berpuasa menurut ajaran Konghucu.


Banyak cara orang berpuasa meskipun demikian hakekat dan makna atau tujuannya adalah satu yaitu Membersihkan hati dengan cara mengendalikan diri dan kembali pada KeSusilaan agar dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta

Dalam kitab Tzong Yong tertulis;
子曰:「鬼神之為德,其盛矣乎。視之而弗見;聽之而弗聞;體物而不可遺。使天下之人,齊明盛服,以承祭祀。洋洋乎,如在其上,如在其左右。詩曰:『神之格思,不可度思,矧可射思?』夫微之顯。誠之不可揜,如此夫。」
“Sungguh Maha Besarlah Kebajikan Kwi Sien, (Gui Shen; Tuhan Yang Maha Roh). Dilihat tidak nampak, didengar tidak terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa dia. Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia (齊明) berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap sujud bersembahyang kepadanya. Sungguh maha besar dia, terasakan di atas dan di kanan kiri kita " (ZY XV:1-3)

Hakikat puasa

Hakikat puasa tidak lain adalah untuk membersihkan hati agar selalu sejalan dengan kehendak Tuhan. Apa yang di maksud dengan sejalan dengan kehendak Tuhan, adalah mengikuti sesuai dengan kehendakNya? Tertulis dalam kitab Tzong Yong "Berbuat mengikuti Watak Sejati itulah Dao" (ZY I) – yaitu agar segala tindakan dan perkataan kita senantiasa mengikuti sesuai dengan kehendak Watak Sejati (yang di kenal dengan Lima sifat Kekekalan - Sifat Rohani). Perwujudannya dapatlah dipraktekan dengan mengikuti atau menjalankan ke lima sifat kekalan yang sudah tidak asing lagi bagi kita yaitu; (仁) Cinta Kasih, (義)Kebenaran, (禮)Kesusilaan, (智)Bijaksana dan (信) Keyakinan (dapat dipercaya).

Berbicara mengenai puasa dalam prakteknya adalah perwujudan dari sifat Cinta Kasih. Apa yang dimaksud dengan Cinta Kasih? Cinta Kasih (仁 - Jen) sesungguhnya mempunyai arti yang sangat luas, kita mungkin mengerti bahwa Cinta Kasih itu adalah sifat mengasihi dan rasa mengasihi ini bukan hanya berlaku pada sesama manusia melainkan untuk segenap makhluk termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu seharusnya orang yang menjalankan sesuai dengan kehendak Watak Sejatinya tidak akan menyakiti sesama makhluk, apalagi memakan daging mereka (hewan) karena “Seorang Chun Tze ingin melihat hewan ternaknya hidup tidak sampai hati melihat matinya; sehingga mendengar suaranya saja sudah tidak sampai hati memakan dagingnya. Maka ia menjauhi dapur.” (Mengzi IA:7;8) dan untuk tumbuh-tumbuhan tentunya harus kita hargai dengan cara mengkonsumsi secukupnya (tidak menyia-nyiakan). Demikianlah (子之所慎) Nabi berhati-hati di dalam hal (齊) berpuasa (makan yang bersih dari perbuatan & hati), (戰) peperangan dan (疾) sakit. (LY VII: 13).


Kalau kita mengamati kata berpuasa (齊)Zhai – dapat juga diartikan sebagai yang agung, bersih, jernih, lurus, polos, sederhana, menjaga larangan dan prilaku yang benar. Kalau diperhatikan dalam huruf ini terdapat 2 tulisan pisau 刀, dan yang satunya adalah mirror image – yang tersembunyi. Maksud dari huruf pisau adalah untuk menanggalkan dan membersihkan diri dari kedua sisi kehidupan kita, pisau yang sebelah kiri adalah untuk membersihkan prilaku yang berhubungan dengan hal-hal yang dapat dilihat dan pisau yang kanan (mirror image – terbalik) adalah untuk membersihkan perbuatan yang tidak terlihat seperti niat hati dan pikiran kita! Huruf bagian bawah, yang kiri agak miring – dan kanan lurus, adalah untuk mengingatkan kita agar selalu memakai hati yang lurus dan jangan mengikuti hal-hal bagian kiri yang terlihat yang bersifat miring.

Huruf Zhai yang diartikan sebagai Puasa disini adalah agar apa yang kita makan, yang masuk kedalam tubuh seperti makanan tentunya harus jernih dan bersih dari perbuatan dosa, dengan tidak membunuh, tidak mencuri, tidak memeras, dsj. Bersih dan jernih – tidak kotor yang dalam hal ini dihubungkan dengan makanan vegetarian – karena tidak ada nyawa yang menjadi korban. Dalam kitab Lun Yu X: 7 齊,必有明衣,布;必有寢衣,長一身有半。
Pada waktu bersuci diri (berpuasa), selalu mengenakan pakaian dari kain lenan yang bersih. Pada waktu besuci diri (berpuasa), macam makanNya diubah; begitu pula, tempat dudukNya berpindah dari tempat duduk biasa.
Yang dimaksud dengan makannya diubah karena (Mengzi IA:7; 8) “…Seorang Chun Tze ingin melihat hewan ternaknya hidup tidak sampai hati melihat matinya; sehingga mendengar suaranya saja sudah tidak sampai hati memakan dagingnya. Maka ia menjauhi dapur.” Dan dalam kitab Lun Yu X: 11雖疏食,菜羹,瓜祭,必齊如也。
Meskipun makan nasi dengan sayur yang sangat sederhana, niscaya disembahyangkan. Sembahnya dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Apa yang masuk ke mulut dan keluar dari mulut haruslah bersih, dengan kata lain, apa yang masuk dan keluar dari badan (perkataan dan perbuatan) haruslah lurus dan dapat menjaga larangan. Selain yang masuk harus jernih, yang keluarpun harus jernih! Yang keluar dari mulut harus berhati-hati terhadap perkataan yang suka berkata dusta, bergossip, memaki (berkata-kata yang kasar), dan menfitna & menghina.
Dengan kata lain, huruf Zhai ini berhubungan erat baik dari apa yang masuk kebadan dan apa yang keluar dari badan. Hal ini bisa terlaksanakan kalau kita benar-benar mengikuti sesuai dengan kehendak Watak Sejati dengan mengikuti ke-Lima sifat Kekekalan di atas. Dengan demikian dapat melepaskan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh tubuh yaitu; mencuri, berzina dan membunuh. Demikian juga kita harus dapat menjaga hati dari sifat yang serakah, yang sombong dan membenci serta masa-bodoh (tidak mau tau). Maka dikatakan (Mengzi VIIA;1) “Yang benar-benar dapat menyelami Hati, akan mengenal Watak Sejatinya; Itulah tujuan berpuasa yang sesungguhnya dalam ajaran Kongzi. Karena berpuasa termasuk dalam prilaku yang penuh dengan Cinta Kasih, marilah kita meneliti bersama apa yang dimaksud dengan Cinta Kasih itu?

Selain mengasihi, Cinta Kasih (仁-Jen) ini dapat dijabarkan sebagai berikut; seperti yang tercantum dalam Lun Yu XII: 1 Gan Yan bertanya tentang Cinta Kasih.:Nabi menjawab, “克己復禮 (Ke Ji Fu Li) Mengendalikan diri pulang kepada Kesusilaan (sifat Watak Sejati), itulah為仁Cintah Kasih (Jen). Bila suatu hari dapat mengendalikan diri pulang kepada Kesusilaan (Watak Sejati), dunia akan kembali kepada Cintah Kasih (仁- Jen). Cintah Kasih bergantung kepada usaha sendiri; dapatkah bergantung kepada orang lain ?” Gan Yan (Yan Yuan) bertanya,”Mohon penjelasan tentang pelaksanaannya.” Nabi Bersabda,
• Yang tidak susila jangan dilihat (非禮勿視Fei Lu Wu Shi),
• yang tidak susila jangan didengar (非禮勿聽Fei Lu Wu Ting),
• yang tidak susila jangan dibicarakan (非禮勿言Fei Li Wu Yan), dan
• yang tidak susila jangan dilakukan (非禮勿動Fei Lu Wu Dong).”
“Sekalipun Hwee (Hui) tidak cakap, akan berusaha melaksanakan kata-kata Guru.”

Maka makna puasa menurut ajaran Konghucu bukan hanya dilihat dari sudut pandang berpuasa makanan saja tapi dalam perbuatan harus dapat selaras dengan Watak Sejati, demikianlah kita dituntut agar dapat melatih dan membina diri untuk selalu ingat akan Watak Sejati yang sudah ada bersama-sama dalam diri kita, dengan demikian kita tidak akan melupakan Tuhan yang Maha Esa, karena “Yang benar-benar dapat menyelami Hati, akan mengenal Watak Sejatinya; yang mengenal Watak Sejatinya akan mengenal Tian – Tuhan YME.” “Menjaga Hati, merawat Watak Sejati, demikianlah mengabdi kepada Tian YME.” (Mengzi VIIA;1) demikianlah berpuasa itu untuk membersihkan hati - perkataan dan perbuatan (yang masuk dan yang keluar dari mulut dan badan haruslah bersih dan jernih) yang harus sesuai dengan keLima sifat Kekekalan karena harapan kita tidak lain adalah agar dapat selalu menyatuhkan diri menjadi Tri-tunggal dengan Langit dan Bumi.

Tradisi berpuasa dalam agama

Bagi orang yang benar-benar mau membina Dao berpuasa adalah hal yang wajib dan harus dilaksanakan pada setiap saat! Karena setiap saat adalah saat untuk bersujud padaNya – demikianlah menjadikan umat manusia di dunia (齊明) berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap sujud bersembahyang kepadaNya. (ZY XV:1-3) karena setiap hari itu digunakan sebagai hari yang baru, "Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya" (DX II:1)

Bagi umat awam di saran untuk berpuasa setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek. sebagai hari untuk mengingatkan kita pada Tuhan. Demikianlah "Dengan berpuasa, membersihkan hati, mengenakan pakaian upacara, tidak melakukan yang tidak susila, kita dapat membina Dao" (TY XIX:14)

Yang diutamakan dalam berpuasa adalah untuk menjernihkan mulut, Membersihkan hati dengan cara mengendalikan diri dan kembali pada KeSusilaan agar dapat senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

referensi dari : (Gani S.)

Arti dan Makna Sembahyang Leluhur (Qing Ming)

Oleh : Suryanto BSc
QING MING. Di Kalimantan Barat lebih banyak orang menyebut sembahyang kubur, karena sembahyangnya di depan Pusara. Qing Ming adalah budaya orang Tionghoa yang luar biasa tingginya, karena makna yang terkandung didalamnya mempunyai arti yang mendalam dan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia serta mempunyai hubungan dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Sembahyang leluhur (Qing Ming) tentunya ada beberapa sesajen yang dihidangkan sebagai perlengkapan sembahyang. Diantaranya SAN SHENG (Tiga jenis makhluk hidup), WU GUO (Lima jenis buah-buahan), KUE-KUE, dan MING-ZHI (Uang kertas alam baka), serta perlengkapan lainnya. San Sheng berupa daging babi, daging ayam/itik, dan daging Ikan/sotong. Maknanya adalah daging babi melambangkan daratan, daging ayam/itik melambangkan udara dan daging ikan/sotong melambangkan air. Ketiganya adalah sumber kehidupan manusia. Apabila tanpa ketiga sumber kehidupan, maka tiada makhluk di dunia ini dapat hidup.

Wu Guo berupa lima jenis buah-buahan maknanya adalah hasil buah-buahan merupakan suatu karya Tuhan melalui manusia, artinya manusia menanam, Tuhan memberikan kehidupan. Dalam hal ini tersirat kerja sama antara Tuhan dan Manusia. Kue-kue maknanya adalah manusia diciptakan di dunia wajib berusaha dan berkarya, perwujudannya melalui hidangan kue-kue sebagai hasil karya manusia. Sedangkan Ming-Zhi adalah uang kertas alam baka dan hal ini diyakini oleh pemeluk Agama Khonghucu bahwa setelah kematian masih ada kehidupan lain yakni kehidupan alam baka.

Budaya yang terdapat pada masyarakat Tionghoa atau umat Khonghucu, saat-saat berkumpul bersama-sama secara lengkap adalah ketika orang tua masih hidup atau merayakan pesta ulang tahun orang tua. Tetapi apabila orang tua telah tiada, maka saat-saat berkumpul (Silahturrahmi) adalah saat sembahyang leluhur (Qing Ming). Hal ini terlihat, selalu penuh sesaknya penumpang pesawat dari berbagai kota besar ke Pontianak saat mendekati hari Qing Ming.

Sembahyang leluhur (Qing Ming) cenderung dilaksanakan di depan pusara/kuburan. Pernah ada yang bertanya, apakah sembahyang leluhur boleh dilaksanakan di depan rumah ? jawabnya adalah boleh. Akan tetapi alangkah baiknya bila dilaksanakan di pusara. Ada satu gambaran yang dapat memberikan penjelasan kepada pembaca misalnya : Si A menelepon seorang temannya Si B dengan tujuan akan meminta sesuatu, dan jawaban dari Si B membuat Si A ragu-ragu apakah Iklas atau sebaliknya. Tetapi akan lain hasilnya bila Si A datang langsung kepada Si B dan menyatakan meminta sesuatu, dari jawaban dan sikap Si B dapat diketahui secara pasti keiklasannya. Kesimpulan dari gambaran ini adalah bahwa segala sesuatu harus berhadapan langsung. Demikian juga sembahyang leluhur atau (Qing Ming) dianjurkan di Pusara, karena lebih Khusuk. Dalam ajaran Nabi Agung Kong Zi di sampaikan bahwa, " Pada waktu sembahyang kepada leluhur, hayatilah akan kehadirannya dan waktu sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Rokh, hayatilah pula akan kehadiran-Nya". (Sabda Suci III:12:1)

Selain anjuran tersebut, Nabi juga mengajarkan hal kesederhanaan yakni, "Di dalam upacara, dari pada mewah menyolok, lebih baik sederhana. Di dalam upacara duka, dari pada meributkan perlengkapan upacara, lebih baik ada rasa sedih yang benar". ( Sabda Suci III:4:3). Berpedoman pada Sabda Nabi ini menganjurkan kepada kita bahwa segala perlengkapan upacara harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi kita masing-masing, dan tidak boleh memaksakan diri untuk mengikuti persyaratan yang ditetapkan secara turun-temurun. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa segala sesajen atau perlengakapan merupakan simbol dari sebuah upacara sembahyang.

Dari serangkaian penjelasan tersebut di atas, dapat ditarik suatu makna dari upacara besar kepada leluhur itu yaitu suatu perwujudan dari anak cucu sebagai penghormatan dan laku bakti kepada orang tua atau leluhurnya. Sikap laku bakti itu merupakan pokok kebajikan, oleh karena itu, " Pada saat hidup, layanilah sesuai dengan kesusilaan, ketika meninggal dunia, makamkanlah sesuai dengan kesusilaan, dan sembahyangilah sesuai dengan kesusilaan (Sabda Suci II:5:3). Sabda ini merupakan cermin kehidupan bagi umat Khonghucu, sekalipun telah jauh tetapi tidak akan lupa memperingati upacara sembahyang besar kepada leluhur.